JAKARTA, iNews.id - Contoh Khutbah Jumat Minggu ke-3 Bulan Syawal berikut ini mengangkat tema tentang merawat amal saleh. Selepas Bulan Ramadhan, umat Islam hendaknya tidak berleha-leha namun tetap istikamah menjalankan amalan ibadah seperti rutin membaca Alquran, puasa sunnah, dan shalat berjamaah.
Para ulama menyatakan, Bulan Syawal merupakan bulan peningkatan amal ibadah. Sehingga bisa meraih derajat orang yang bertakwa.
Ahmad Zarkasih dalam bukunya Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah menjelaskan, Bangsa Arab mengenal jenis burung An Nauq yang biasanya hamil di bulan Syawal dan mengangkat sayap serta ekornya, sehingga terlihat kurus badannya. Mengangkat sayap atau ekor disebut dengan syaala yang merupakan asal kata dari nama bulan Syawal.
Nah, berikut ini contoh Khutbah Jumat Bulan Syawal yang ditulis Ketua Aswaja Center NU Ponorogo Dr Iswahyudi dilansir dari laman nuponorogo.
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي جَعَلَ لِمَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ عَظِيْمَ الْاُجُوْرِ وَفَتَحَ فِيْهِ ابْوَابَ الْخَيْرَاتِ. لآاِلهَ اِلَّا هُوَ جَعَلَ صِيَامَهُ تَهْذِيْبً الِلنُّفُوْسِ وَرِفْقًا بِفُقَرَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ. اَسْتَغْفِرُ هُوَ اَشْهَدُ اَنْ لآاِلهَ اِلَّااللهُ بَلَّغَ مَنِ اعْتَمَدَ عَلَيْهِ مَرَامَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ هَجَرَ فِى الطَّاعَةِ مَنَامَهُ. اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِى الْفَضْلِ الْمُبِيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ ، اِتَّقُوااللهَ وَعَلَيْكُمْ بِالْخَيْرَاتِ شَهْرَ رَمَضَانَ وبَعْدهُ. قَالَ اللهُ تَعَالى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَّلَكُمْ تَتَّقُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ
Kaum muslimin sidang Jum’ah Rahimakumullah
Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala larangannya, karena tidak ada bekal yang paling baik kita bawa ke hadapan Allah SWT, kecuali takwa kita kepada-Nya.
Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah
Bulan Ramadhan telah selesai, tetapi semangat Ramadhan harus terus kita pelihara. Bulan Ramadhan memang telah meninggalkan kita, tetapi bekas-bekas ibadah Ramadhan harus terus kita lanjutkan. Kita harus ingat bahwa tujuan puasa Ramadhan,seperti tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 183 adalah agar umat Islam menjadi bertakwa. Dengarkan firman Allah tersebut.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.
Pertanyaanya sekarang adalah sudahkan kita menjadi bertakwa? Yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah kita sendiri, bukan orang lain. Mungkin kita belum bisa menjadi pribadi yang bertakwa, tetapi kita harus menjadi orang yang berproses untuk bertakwa. Kita harus menjalani proses tersebut. Kita harus ingat,yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Sedangkan orang yang rugi adalah orang yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin.
Berproses menjadi pribadi yang bertakwa adalah berproses untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin. Berproses itulah yang ditandai dengan lafal “la’alla” dalam ayat di atas, suatu lafal yang bermakna “pengharapan”. Diharapkan dengan puasa seseorang bisa menjadi orang yang bertakwa. Sebagai suatu pengharapan, ada puasa yang tidak menyebabkan orang bertakwa.
Inilah yang disebut oleh hadis hanya dapat lapar dan dahaga saja. Jika seseorang hari ini lebih baik dari hari kemarin, berarti ada tanda, berarti ada indikasi, berarti ada ciri-ciri bahwa orang tersebut adalah orang yang diharapkan bisa bertakwa.