Ketika manusia akan melakukan kebaikan, syaitan dengan berbagai caranya menggoda manusia untuk gagal melakukannya. Namun ketika manusia berhasil mengalahkan bisikan syaitan dengan tetap melakukan kebaikan, syaitan menggoda manusia dengan cara yang lain. Dibisikkanlah ke dalam hati manusia rasa bangga dengan kebaikannya. Sehingga muncullah bangga diri. Muncullah rasa lebih baik daripada orang lain. Dalam hal ini, menyadari bahwa amalan kita belum tentu diterima Allah memiliki peranan penting dalam menundukkan rasa ujub dan takabbur.
Memandang kapada yang lebih atas dalam urusan dunia.
وَنَظَرُهُ اِلَى مَنْ فوْقَهُ فِى الدُّنْيَا
“Dalam urusan dunia ia suka melihat kepada orang yang lebih tinggi.”
Ini adalah sebuah ciri orang ingkar atau orang yang akan mendapat murka dari Allah sebab menafikan syukur kepada Allah SWT, sehingga jiwa tidak tenang dan selalu merasa kurang. Yang teringat hanyalah kekurangan dan serba kekurangan. Padahal, nikmat dari Allah adalah tidak terkira.
Orang yang menyukai kehidupan dunia akan mudah terjebak ke dalam kondisi demikian, maka kecelakaanlah yang akan mereka peroleh.
Orang yang seperti ini membandingkan amal ibadahnya dengan orang yang lebih rendah amal ibadahnya sehingga menjadi orang sombong yang merasa telah melakukan banyak ibadah dan tidak ada ghirah dalam beribadah karena masih ada orang yang lebih rendah ibadahnya disbanding dirinya. Padahal kita tidak tahu apakah amal kita diterima Allah atau tidak.
Wallahu A'lam