Sedikit catatan tentang pelafalan niat, di masyarakat kita, melafalkan niat (mengucapkan maksud ibadah dengan suara keras atau lirih) sudah menjadi kebiasaan, terutama untuk ibadah tertentu.
Kebiasaan ini diajarkan oleh ustadz dan di sekolah-sekolah, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Contohnya, niat shalat Maghrib "Usholli fardhol Maghribi..." atau niat wudhu "Nawaitu wudhu'a liraf'il hadatsi...".
Niat bagaikan bisikan hati yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Letaknya bukan di lisan, melainkan di dalam relungan jiwa. Setiap perbuatan manusia, sekecil apapun, pasti diawali dengan niat. Orang yang berakal dan memiliki pilihan tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa niat.
Niat menjadi penentu nilai dan hakikat suatu amalan. Amalan tanpa niat yang tulus bagaikan raga tanpa ruh, hampa dan tidak berarti. Niat ikhlas yang ditujukan semata-mata untuk Allah SWT akan meninggikan nilai amalan, menjadikannya berkah dan pahala.
Hadits memang menegaskan pentingnya niat dalam setiap amalan. Namun, hadits tersebut tidak menjelaskan apakah niat harus diucapkan dengan suara keras atau lirih.