Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama, Organisasi Islam Terbesar yang Memasuki Harlah ke-96

Kastolani Marzuki
Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama yang kini memasuki Harlah ke-96. (Foto: ist)

KH Wahab Hasbullah berkenalan dengan KH Mansur, yang juga baru pulang belajar dari Mesir, dan berdomisili di kampung Sawahan, Surabaya. Dari perkenalannya, dua tokoh muda ini sepakat membuat organisasi yang tujuannya untuk meningkatkan mutu madrasah-madrasah sebagai sarana pendidikan dan pengajaran Islam. Maka dilahirkanlah organisasi bernama Jam'iyyah Nahdlatul Wathan, yang kemudian mendapatkan legal-formal (rechtspersoon) pada tahun 1916 M. 

Sesuai dengan asas dan tujuannya, maka Nahdlatul Wathan mendirikan sebuah madrasah yang memenuhi persyaratan bertempat di Kawatan Gang IV, Surabaya, dan dipimpin oleh KH Mansur. Karena hendak ikut ke dalam Pengurus Pusat Muhammadiyah, pada tahun 1922 M, KH Mansur mengundurkan diri dari Nahdlatul Wathan. Untuk mengisi kekosongan, diadakanlah pemilihan yang kemudian jatuh pada KH Abdul Halim Leuwimunding, dengan pemimpin bagian ulama KH Wahab Hasbullah. KH Wahab Hasbullah dengan KH Hasyim Asyari memiliki hubungan yang sangat dekat, meski selisih usianya 17 tahun.

Selain hubungan guru dan santri, juga dilandasi hubungan keluarga yang tidak jauh. KH Wahab Hasbullah dan KH Hasyim memiliki datuk yang sama, yaitu KH Abdussalam (Mbah Shihah), Pendiri Pesantren Tambakberas. Sebagai yang lebih muda, KH Abdul Wahab sering berkunjung sowan kepada KH Hasyim Asy'ari di Tebuireng. Bakat sebagai aktivis organisasi mendorong KH Wahab Hasbullah mengadakan pertemuan di Langgar Haji Musa Kertopaten, Surabaya, untuk membahas faham Wahabi yang melanda Hijaz. 

Dalam pertemuan itu hadir para tokoh Nahdlatul Wathan dan Syubbanul Wathan, juga tokoh sepuh KH Hasyim Asyari yang saat itu berusia 55 tahun. Kemudian dibentuklah Komite Hijaz. Eksponen-eksponen dalam Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan, dan Syubbanul Wathan, pada hakekatnya satu arah, satu orientasi baik dalam akidah maupun ibadah, juga satu dalam aspirasi kemasyarakatan berlebur dalam ikatan Komite Hijaz di bawah pimpinan KH Wahab Hasbullah, KH Hasyim Asyari, KH Bisri Syansuri, KH Ridwan (Semarang), KH R Asnawi (Kudus), KH Nawawi (Pasuruan), KH Nahrawi (Malang) dan KH Mas Alwi Abdul Aziz (Surabaya), serta beberapa kiai lainnya. 

Di bawah pimpinan KH Wahab Hasbullah berkumpullah di Surabaya pada 16 Rajab 1344 Hijriyah bertepatan 31 Januari 1926. Dalam pertemuan itu diputuskan mengirim delegasi ke Kongres Islam Dunia di Makkah untuk memperjuangkan kepada Raja Ibnu Sa'ud agar hukum Syari'ah berdasarkan madzhab yang empat, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Juga agar mendapat perlindungan dan kebebasan di dalam wilayah Arab Saudi. 

Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait
Nasional
1 hari lalu

SE Pemberhentian Gus Yahya Belum Distempel Digital, Wasekjen PBNU Singgung Upaya Sabotase

Nasional
1 hari lalu

Katib Syuriyah PBNU: Surat Edaran Pemberhentian Gus Yahya Benar dan Sah

Nasional
4 hari lalu

Isu Pemakzulan, Gus Yahya: Masalah Internal NU Harus Dikembalikan ke AD/ART

Nasional
5 hari lalu

Gus Yahya soal Diminta Mundur dari Ketum PBNU: Harus Sesuai Mekanisme Resmi 

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal