Potensi Ekonomi Halal dan Peran Masjid
Arsjad menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar dalam pengembangan industri halal. Saat ini, industri halal Indonesia yang mencakup sektor fashion, wisata, hingga ekonomi syariah telah bernilai lebih dari 270 miliar Dolar AS. Angka tersebut diproyeksikan melonjak hingga 800 miliar Dolar AS setelah 2030.
“Rekan-rekan di sini harus bisa menjadi muslimpreneur. Kita perlu punya harapan untuk mengisi kekosongan pengusaha muslim. Dan kita tidak cukup hanya dengan strategi, tapi juga harus dengan aksi nyata,” tuturnya.
Dewan Masjid Indonesia sendiri telah menjalankan program pelatihan bagi UMKM di sekitar masjid untuk bertransisi ke sistem digital. Hasilnya, 40 persen peserta berhasil membuka toko marketplace, dan 30 persen mengalami kenaikan pendapatan. “Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pertumbuhan ekonomi umat,” katanya.
Pesan untuk Mahasiswa Diaspora: Jadi Mahasiswa yang “BAIK”
Menutup pidatonya, Arsjad memberikan sebuah “rumus sederhana” yang bisa dijadikan bekal oleh mahasiswa ketika kembali ke Tanah Air, yaitu menjadi mahasiswa yang BAIK:
B (Bekal diri): ambil sebanyak mungkin ilmu.
A (Asah kemampuan): belajar hal-hal baru, keluar dari zona nyaman, dan terus mengasah diri.
I (Inisiatif): berani memulai, tidak menunggu disuruh, serta menciptakan proyek kecil-kecilan.
K (Kembali dan berkontribusi): saat pulang, bukan hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan pekerjaan (job creator).
Arsjad berharap, melalui semangat itu, mahasiswa diaspora dapat berperan nyata dalam mendukung visi Presiden RI, yakni Visi 0.8 (0 persen kemiskinan, dan 8 persen pertumbuhan ekonomi).
“Simposium ini bisa menjadi titik awal untuk mendorong transformasi ekonomi dengan kolaborasi dan gotong royong. Kalau semangat kita sama, in syaa Allah Islam akan semakin produktif, dan Indonesia akan semakin besar dan kuat,” tutur Arsjad.