“Dai masa depan harus bisa bekerja sama dengan berbagai pihak—pemerintah, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, hingga pelaku usaha—untuk mewujudkan dakwah yang berdampak dan dirasakan langsung oleh umat,” papar Rokhmad.
Tahun ini, sebanyak 200 peserta terpilih dari 634 pendaftar mengikuti program pembibitan. Mereka menjalani pelatihan intensif dengan materi strategis seperti digitalisasi dakwah, kewirausahaan keumatan, moderasi beragama, serta manajemen dakwah kontekstual.
“Dai Gen Z harus cakap berkomunikasi lintas platform, memahami kondisi sosial, dan mampu berdialog dengan semua lapisan masyarakat. Dakwah mereka harus membumi, menyentuh realitas, dan bisa menjawab kebutuhan generasi hari ini,” kata Abu.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga niat dalam berdakwah. “Niatkan dakwah ini lillahi ta’ala. Jangan sekadar ingin viral atau dikenal. Kalau ikhlas, keberkahan dan dampaknya akan lebih luas,” ujarnya.
Setelah pelatihan, para peserta akan diterjunkan ke berbagai daerah untuk mengimplementasikan rencana aksi dakwah yang telah mereka susun. Program ini dirancang sebagai investasi dakwah jangka panjang.
“Kita sedang membentuk kader yang kelak akan menjadi penggerak dakwah nasional. Kemenag ingin memastikan, pada 2045 nanti, bangsa ini memiliki dai-dai unggul yang siap menjadi pelita bagi umat,” katanya.