JAKARTA, iNews.id - Kandungan surat Yasin ayat 39-40 tentang garis edar matahari dan bulan patut untuk disimak. Surat Yasin merupakan surah ke-36 dalam Al Qur'an yang terdiri dari 83 ayat.
Surat yang termasuk golongan surat Makkiyah ini sering disebut sebagai jantungnya Al Quran. Sebab, kandungan surat ini dianggap memuat intisari dari seluruh isi Al Qur'an.
Oleh karena itu, surat Yasin menjadi surat yang sangat dianjurkan untuk diamalkan. Sebagaimana disampaikan Rasulullah dalam sebuah hadits berikut:
"Sesungguhnya segala sesuatu itu ada jantungnya, dan jantung Al-Qur’an adalah Yasin. Aku ingin surah Yasin itu ada dihati setiap umatku." (HR. al-Bazzar).
Melansir Kalam Sindonews, surat Yasin ayat 39-40 berisi penegasan Allah SWT bahwa matahari, bulan, dan semua makhluk langit adalah ciptaan-Nya. Di samping itu, Allah juga telah menetapkan tempat peredaran bagi matahari dan bulan yang masing-masing beredar pada garis edarnya.
Allah SWT berfirman:
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Latin: Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm
Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn
Artinya: Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS Yasin : 39-40)
Secara tekstual, ayat ini bisa dikatakan sebagai ayat-ayat sains, sebagian diulas oleh para mufassir meski hanya secara ringkas.
Terdapat perdebatan di kalangan ulama terkait tafsir ilmi, sebagian menghindari penafsiran yang bernuansa sains dengan alasan bahwa al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan, akan tetapi ia merupakan teks untuk membimbing manusia (hudan li al-nas) pada nilai-nilai tauhid dan moral.
Pada ayat sebelumnya, Allah telah menegaskan peredaran bagi matahari dan pada ayat ini. Bulan juga ditetapkan kadar dan sistem peredarannya di beberapa tingkat atau posisi tertentu (al-manazil).
Istilah “al-manazil” oleh bangsa Arab diartikan sebagai tempat turunnya bintang, dan menurut Zamaksyari, Qurthubi, serta beberapa mufassir lain, menyebut ada 28 al-manazil, yaitu:
Syaratan, Butayn, Tsurya, Dabaran, Haq’ah, Han’ah, Dzira’, Tsanrah, Tarf, Jabhah, Kharatan, Sarfah, ‘Awwa’, Samak, Ghafr, Zubanayan, Iklil, Qalb, Syawlah, Na’a’im, Baldah, Sa’d al-Zabh, Sa’d Bula’, Sa’d Su’ud, Sa’d al-Akhbiyah, Farghr al-Mutaqaddam, Farghr al-Mu’akhkhar, dan Batn al-Haut.
Apabila semuanya sudah dilalui hingga akhir, maka akan kembali ke awal, dan setiap hitungan 2-3 manazil juga akan terjadi gugusan bintang. Ratusan bintang akan berpendar indah menghiasi malam-malam bersama bulan.
Terhitung pada manazil ke-28, akan ada peristiwa terputusnya orbit, yang memunculkan hilal. Bulan akan meredup, menua, bagai tandan tua termakan masa (kal ‘urjunil qadim) hingga lenyap, lalu lahir kembali menunaikan tugasnya.
Perjalanan hidup manusia diibaratkan mirip seperti bulan. Manusia beranjak tumbuh sedikit-demi sedikit, dari bayi, merangkak, berjalan, menjadi anak-anak, tumbuh remaja, hingga dewasa. Saat menua, kekuatan fisiknya akan menurun, keriput, membungkuk, lemah, lelap, dan menutup usia.
Matahari dan bulan adalah dua ciptaan Allah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Menurut Qurthubi, keduanya tercipta dari api yang kemudian dibungkus oleh cahaya. Matahari dibungkus oleh cahaya ‘Ars, sedangkan bulan dibungkus dari cahaya Kursiy.
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menambahkan bahwa kata yanbaghi (يَنْبَغِيْ) awalnya bermakna “meminta sesuatu lalu memperolehnya”, proses ini kemudian melahirkan makna baru, yaitu “dapat atau mampu”.
Sehingga konteks ayat ini bisa dimaknai dengan ketidakmampuan bulan dan matahari untuk saling mendahului.