JAKARTA, iNews.id - Teks khutbah Jumat 28 November 2025 singkat terbaru berikut ini bisa jadi rujukan bagi khatib untuk disampaikan ke jemaah shalat Jumat. Khubtah kali ini mengulas tentang sikap seorang muslim ketika menghadapi bencana dan musibah.
Di pengujung tahun 2025, sejumlah wilayah di Tanah Air dilanda bencana mulai erupsi Gunung Semeru di Lumajang dan Malang, tanah longsor dan Banjarnegara dan Cilacap hingga banjir bandang.
Dalam perspektif Islam, bencana merupakan ujian dari Allah SWT bagi Muslim yang beriman. Jika tabah dan ikhlas dalam menerima musibah atau bencana maka derajatnya akan ditinggikan. Karena itu, umat Islam perlu terus menginterospeksikan diri dan bermuhasabah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berikut teks Khutbah Jumat terbaru tentang sikap seorang muslim ketika menghadapi bencana atau musibah dilansir dari laman Dewan Masjid Indonesia, Kamis (27/11/2025).
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Sidang Jumat Rahimakumullah.
Secara harfiyah musibah artinya mengenai, menimpa atau membinasakan. Musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendakinya. Kita tentu sepakat bahwa tidak ada satu pun dari warga Indonesia apalagi kalangan muslim yang menghendaki musibah gempa bumi, gunung meletus, banjir dan longsor. Musibah telah terjadi dan meskipun kita tidak menghendakinya tetap dan mungkin saja akan terjadi lagi, bahkan yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi.
Musibah bisa dikelompokkan dengan dua sudut pandang. Musibah bisa disebut sebagai ujian manakala orang atau masyarakat yang tertimpa musibah adalah mereka yang baik, shaleh atau taat kepada Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman Allah swt:
ولَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗوَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖوَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Artinya: Sungguh, Kami akan menguji kamu berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Al Baqarah [2]:155-157).
Dari ayat di atas, sikap yang harus ditunjukkan orang yang taat kepada Allah swt adalah selalu sabar atas ujian yang tidak menyenangkan. Pada banyak ayat dinyatakan bahwa Allah swt selalu bersama dengan orang yang sabar. Karena itu, sesulit dan seberat apapun persoalan yang dihadapi oleh seorang muslim, maka kebersamaan dengan Allah swt dalam bentuk kesabaran harus semakin diperkokoh, tanpa itu kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan bisa jadi malah semakin diperbesar oleh syaitan dan hawa nafsu sendiri.
Musibah bisa juga disebut atau dikelompokkan sebagai azab ketika yang tertimpa adalah orang-orang yang durhaka kepada Allah swt, mereka seringkali melakukan kemaksiatan dan sangat sulit menerima nasihat dan peringatan dari manusia, termasuk dari para Nabi, disinilah kita perlu meneliti, mengkaji dan memperhatikan sejarah orang-orang yang durhaka, Allah swt berfirman:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۖ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
Artinya: Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi. Sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang -orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu (QS Muhammad [47]:10).