Sementara untuk mewujudkan koleksi ini para desainer muda turut didukung oleh 14 siswa lainnya. Proses produksi pun hanya memakan waktu kurang dari 3 minggu, dimulai dari pembuatan tema, desain, pola hingga jahit yang seluruhnya dikerjakan oleh siswa SMK.
“Bangga sekali karena karya kami bisa diterima oleh market. Kami bisa menciptakan koleksi ini karena proses belajar di sekolah yang mirip dengan kebutuhan industri,” kata salah satu desainer muda bernama Fatimah Az Zahra.
“Di sekolah, kami dituntut untuk bisa kreatif dalam membuat desain, disiplin, dan kritis dalam menghadapi berbagai masalah saat proses produksi hingga selesai menjadi rangkaian karya,” kata Naura Mutiara Jingga menambahkan.
Allysa Hawadi, Co-Founder Benang Jarum juga memberikan apresiasi atas munculnya potensi keberanian yang besar yang telah digali dari siswa SMK NU Banat Kudus ini. Diketahui SMK NU Banat Kudus yang merupakan salah satu SMK binaan Djarum Foundation ini menerapkan Kurikulum Merdeka secara optimal dan menyenangkan. Sekolah tidak hanya mengajarkan siswanya untuk mengejar target akademik. Namun pembelajaran juga mengasah soft skills secara praktikal bagi para siswa yang telah memilih mengembangkan bakat dan minat dalam bidang fashion designer dan produksi pakaian ini.
“Aku yakin pasti mereka akan bisa mampu bersaing ke depannya karena ada ambisi yang luar biasa dan mereka berani. Melihat karya style topi yang dihadirkan menggantikan hijab, di situ ada jiwa yang berani untuk menjadi diri mereka sendiri, cara sendiri untuk tetap terlihat santun dan fashionable in their own ways,” kata Allysa.