"Pas sakit aku kayak ‘lah gimana dong’ sedih banget kan, mana udah keluar duit banyak," katanya.
Fairuz memahami betul jika hewan yang tak sehat tidak boleh dikurbankan. Dia berusaha untuk bernegosiasi dengan penjual untuk menukar sapinya.
"Waktu itu kayak pengin berkurban kayak sedih banget, ya Allah ngerasa dibohongin gitu. Tapi kayak mikir, ya udahlah, begitu sakit gak boleh kan dikurbanin. Mau gak mau akhirnya jadi ribet, jadi panjang harus balik lagi ke sana, ngebalikin lagi harus beragumen," katanya.
Meski harus melalui perdebatan panjang, beruntung sapi tersebut bisa ditukar dengan yang sehat sehingga Fairuz tetap bisa berkurban.
"Tapi Alhamdulillah saat itu, walaupun harus dengan proses yang panjang ribet dan stres juga, akhirnya mau sih ditukar lagi. Masih rezekinya aku walaupun niatnya baik. Allah kasih jalan," katanya.
Sejak saat itu, Fairuz A Rafiq lebih selektif memilih hewan kurban. Bahkan beberapa tahun belakangan, Fairuz memilih berkurban melalui Dompet Dhuafa. Dia meyakini mulai dari pemilihan hewan kurban sampai pendistribusian seluruhnya ditangani oleh tenaga profesional yang dapat dipercaya. Daging kurban yang dibagikan dijamin kualitasnya dan pendistribusian pun tepat sasaran.