Bagi Ferry, menembus pasar mancanegara lewat fashion tentunya membutuhkan kreativitas yang harus terus diasah.
“Itu bisa dipelajari lewat selera pasar secara global, baik dari color cutting dan cloth yang umum dipakai. Termasuk pintar mengolah kain wastra Indonesia, juga memerhatikan harga jualnya,” kata desainer ramah ini.
Untuk pasar Rusia, Ferry mengamati selera fashion masyarakat di sana suka sesuatu yang simpel dengan warna-warna lembut. Bahkan, etnik sekalipun juga banyak yang suka.
Adapun soal komunikasi dengan masyarakat Rusia, Ferry mengatakan tidak ada kendala.
“Mungkin bagi sebagian orang menilai karakter orang Rusia kaku, dingin, seperti tampak di film-film. Tapi aslinya ramah dan tegas dalam bernegosiasi. Termasuk dalam meng-handle sebuah acara,” katanya.
Selama gelaran Festival Indonesia 2018, Ferry memamerkan koleksi dari label Fersoen by ferrysunarto dengan tampilan ready-to-wear (siap pakai), khusus spring-summer 2019.
“Saya mengolah batik. Batik keris buatan Solo yang dikemas dalam look yang chic dan sophisticated Eropa,” ucapnya yang tidak meninggalkan budaya dan kearifan lokal Indonesia.
Dengan selesainya Festival Indonesia, Ferry sangat mengapresiasi peran KBRI Moskow. “Ini merupakan barometer bagi KBRI di mana pun berada. Saya merasakan sangat well organized. Kami siap membantu pemerintah yang membutuhkan masukan, membuat pentas kreativitas, fashion dan UMKM di berbagai acara KBRI di seluruh dunia,” ucap Ferry.
Ferry pun berharap pemerintah terus mendukung industri kreatif semakin dikenal luas secara global. “Dukungan pemerintah setempat (daerah) bisa dimaksimalkan kepada putra-putri terbaiknya untuk tampil ke pentas dunia,” ucap Ferry yang meraih Special Achievement dari M Wahid Supriyadi, Duta Besar Indonesia untuk Rusia.