Namun, dunia tengah melambat karena pandemi yang sangat memengaruhi perekonomian, termasuk industri kreatif seperti industri busana.
Pada April, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan terjadi pengurangan 2,1 juta pekerja di industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
“Industri batik sedang mengalami kesulitan karena pandemi. Yang paling terdampak adalah usaha kecil dan menengah (UKM), atau industri akar rumput. Sejauh ini, pengusaha batik telah melaporkan bahwa penjualan mereka menurun drastis hingga sekitar 30 persen,” kata Ketua Galeri Batik YBI Periode 2010-2019 dan aktivis Yayasan Batik Indonesia Dr Tumbu Ramelan.
“Cara ini tidak hanya dapat menunjukkan keindahan karya seni kebanggaan nasional kita, tetapi juga memungkinkan orang-orang untuk belajar lebih lanjut tentang ribuan pola batik yang ada dan semoga membantu industrinya, yang meliputi 200.000 pembuat batik di seluruh Nusantara,” ucapnya.