Risiko tinggi anak terpapar Covid-19 terutama tertular dari orangtuanya yang pulang bekerja, tertular dari klaster keluarga, terbatasnya akses deteksi dini, dan anak bermain tanpa protol kesehatan.
"Untuk itu bagi orangtua sebaiknya hindari membawa anak keluar rumah, kecuali darurat," tutur dokter Agustina mengingatkan.
Bagi orangtua dapat menerapkan isolasi mandiri pada anak, dengan syarat yang perlu diperhatikan seperti, tidak bergejala/Asimtomatik, gejala ringan (batuk, pilek, demam, diare, muntah, ruam-ruam), anak masih aktif, bisa makan dan minum, menerapkan etika batuk, memantau gejala/keluhan, pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari saat pagi dan malam, dan lingkungan rumah/kamar memiliki ventilasi yang baik.
"Namun, perlu diperhatikan dalam penerapan isoman, orangtua dapat tetap mengasuh anak yang positif, disarankan yang berisiko rendah, jika ada orangtua atau anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama. Disarankan berikan jarak tidur 2 meter dengan kasur terpisah.
"Tetap berikan dukungan psikologis pada anak," ujarnya.
Dr Agustina menambahkan, selama kegiatan isolasi mandiri, protokol kesehatan tetap dilakukan, yaitu gunakan masker, jaga jarak, cuci tangan, menerapkan etika batuk, periksa suhu tubuh pada pagi dan malam hari, periksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi, pantau laju napas, tetap berikan ASI pada bayi, dan berikan makanan bergizi pada anak.
"Siapkan juga beberapa alat di rumah seperti termometer dan oxymeter, obat demam seperti paracetamol, suplemen yang dianjurkan berupa vitamin C, vitamin D3 dan Zinc," katanya.
Setelah selesai isolasi, umumnya gejala akan hilang dalam 14 hari. Namun, dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah swab pertama positif. Bila tidak bisa melakukan pemeriksaan swab, maka disarankan isolasi selama 10 hari + 3 hari setelah bebas gejala. Pada penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang, sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi.