JAKARTA, iNews.id - Pierre Andries Tendean atau Kapten Pierre Tendean dikenang sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia. Di usianya yang masih muda, yakni 26 tahun, Pierre Tendean gugur karena menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September pada 1965.
Pieree Tendean lahir pada 21 Februari 1939. Dia merupakan anak lelaki satu-satunya dari pasangan Dr AL Tendean, seorang dokter berdarah Minahasa, dan Maria Elizabeth Cornet, seorang perempuan Belanda berdarah Prancis. Pierre Tendean merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dengan Mitze Farre (kakak) dan Rooswidiati (adik).
Memiliki darah Prancis dan Minahasa, Pierre Tendean mempunyai rupa yang tampan dan cukup mencolok. Dia tumbuh menjadi pemuda yang tampan ketika duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Guru-gurunya di SMA 1 Semarang mengenang Pierre sebagai murid yang pintar, rajin, berbudi pekerti baik, dan halus.
Ketampanan dan kegagahannya semakin bertambah tatkala dia masuk di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung. Saat itu, dia dijuluki sebagai ‘Robert Wagner dari Bumi Panorama’. Seperti kita ketahui, Robert Wagner merupakan aktor Amerika Serikat era 1950-an yang terkenal saat itu.
Mengutip dari buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Pierre Tendean yang ditulis oleh Abie Besman dkk, Rabu (29/9/2021), Pierre Tendean saat itu merupakan idola siswi-siswi SMA di Dago Bandung, bahkan hingga para mahasiswi.
Namun, tidak ada satupun dari gadis-gadis itu yang didekati oleh Pierre hingga dia lulus dari akademi militer pada 1961. Dengan pangkat letnan dua, Pierre Tendean lalu menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.