Srimulat muda lalu mengawali kiprahnya menjadi pemain rombongan ketoprak Mardi Utomo di Magelang dan Rido Carito. Dari situ dia terkenal di berbagai lapisan masyarakat, baik kalangan atas hingga kalangan bawah.
Sebelum mendirikan grup lawak Srimulat, dia beberapa kali pentas dari panggung ke panggung. Dia bahkan pernah dikontrak untuk masuk dapur rekaman oleh perusahaan piringan hitam Burung Kenari, Columbia, dan His Master's. Lagu-lagu yang pernah dinyanyikannya, yakni Kopi Susu, Padi Bunting, Janger Bali, dan lainnya.
Grup lawak Srimulat didirikan pada 1950. Bersama suaminya, Teguh Slamet Rahardjo, dia menamakan grup tersebut Gema Malam Srimulat. Awalnya, Gema Malam Srimulat adalah kelompok seni keliling yang melakukan pertunjukan dari satu kota ke kota lain di Jawa Timur sampai Jawa Tengah.
Penyanyinya waktu itu, antara lain Kusdiarti, Suhartati, Ribut Rawit, Maleha, Rumiyati dan Srimulat sendiri. Sementara Teguh, menjadi pemain gitar dan biola. Rombongan seni suara dan tari ini memulai lawakan pertama mereka pada 30 Agustus 1951 dengan menampilkan tokoh-tokoh dagelan Mataram, seperti Wadino (Bandempo), Ranudikromo, Sarpin, Djuki, dan Suparni.
Sebelum bernama Srimulat, grup ini sempat berganti nama menjadi Srimulat Review. Kemudian, memasuki 1957, namanya berubah lagi menjadi Aneka Ria Srimulat.
Di sisi lain, Srimulat sempat membintangi sejumlah film Indonesia di era 1950-an. Mulai dari Sapu Tangan (1949), Bintang Surabaja (1951), Putri Sala (1953), Sebatang Kara (1954) dan Radja Karet dari Singapura (1956). Setelah mendedikasikan hidupnya di dunia kesenian, RA Srimulat meninggal dunia pada 1968.