Keberanian Cut Nyak Dhien yang melawan Belanda sampai akhirnya diasingkan dan meninggal di Sumedang tahun 1908, membuat dirinya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno. Selain Cut Nyak Dhien, beberapa pahlawan perempuan juga turut bertempur melawan Belanda, seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Nuni Ageng Serang, dan Opu Daeng Risadju.
Tak jauh berbeda dengan RA Kartini, Hajjah Rangkayo Rasuna Said juga merupakan pahlawan perempuan yang memperjuangkan kesetaraan gender melalui tulisan-tulisannya yang tajam. Perempuan berdarah Minang ini dikenal sebagai sosok perempuan yang pandai, cerdas, dan pemberani. Ia pernah berpikir jika untuk memajukan kaum perempuan tak cuma dengan mendirikan pendidikan, tetapi juga melalui perjuangan politik.
Hebatnya lagi, sebagai perempuan yang hidup di zaman sebelum kemerdekaan, dirinya pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi di sebuah majalah Raya. Majalah yang dikenal radikal, bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat. Tak hanya itu, ia juga pernah mendirikan perguruan putri di Medan dan menyebarkan gagasannya melalui majalah mingguan Menara Poetri.
Feminis pada masanya ini kemudian dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.
Itulah nama-nama pahlawan perempuan yang kiprahnya sangat penting bagi masyarakat dan bangsa di masa itu. Perjuangan dan dedikasinya kini telah kita rasakan di zaman sekarang, di mana perempuan bisa berpendidikan tinggi, memilih karier, dan berperan dalam dunia politik, serta pemerintahan.
Selamat Hari Kartini, perempuan Indonesia!