"Sudah jelas bahwa sekali lagi anak-anak terbunuh dan terluka dalam serangan tanpa pandang bulu," tuturnya.
Sebenarnya, sudah ada kesepakatan pada September 2018 antara Rusia dan Turki yang isinya seharusnya melindungi wilayah di Suriah yang kini jadi lokasi serangan udara. Namun, kesepakatan itu tidak pernah sepenuhnya dilaksanakan karena para pemberontak menolak menarik diri dari zona penyangga yang direncanakan.
Pada Januari, Hayat Tahrir Al Sham, kelompok yang dipimpin oleh mantan afiliasi Al-Qaeda Suriah, mengambil alih kendali pemerintahan di wilayah itu. Di luar benteng, pemberontakan dan tembakan roket juga menewaskan orang-orang dalam jumlah yang lebih rendah.
Sejak akhir April, tembakan roket pembalasan menewaskan sekitar 70 warga sipil di wilayah yang dikuasai pemerintah. Perang Suriah kini menewaskan lebih dari 370.000 orang dan jutaan orang terlantar sejak 2011.