Iran ikut melarang masuk pemegang paspor Israel. Kedua negara juga musuh bebuyutan sejak lama, terkait isu Palestina.
Iran dan Israel beberapa kali mengalami konflik meski tak secara langsung, melainkan melalui proksi.
Kedua negara sebenarnya sempat bersahabat, yakni pada masa pemerintahan Dinasti Pahlevi pada 1953-1979. Setelah revolusi Islam pada 1979, hubungan berubah drastis.
Pada pertengahan April lalu Iran menyerang Israel dengan lebih dari 200 rudal dan drone sebagai pembalasan atas serangan terhadap kantor misi diplomatiknya di Damaskus, Suriah.
Kuwait dan Israel juga tidak memiliki hubungan diplomatik. Kuwait juga melarang masuk pemegang paspor yang dikeluarkan oleh Israel atau yang mendokumentasikan perjalanan ke Negara Israel.
Kuwait juga menolak masuk warga pemegang paspor lain namun menggunakan visa dari Israel atau berkewarganegaraan ganda.
Meski demikian Warga Kuwait boleh memasuki Israel selama mengajukan visa. Israel tidak memberlakukan pembatasan masuk atau kunjungan perdagangan formal.
Kedua negara ini juga musuh bebuyutan. Meski demikian bukan berarti Israel dan Lebanon tak pernah dekat. Lebanon ikut serta dalam Perang Arab-Israel 1948, namun dengan Perang Enam Hari 1967 dan Perang Yom Kippur 1973.
Meski demikian Lebanon menjadi anggota Liga Arab pertama yang mengisyaratkan keinginan untuk mengadakan perjanjian gencatan senjata dengan Israel yakni pada 1949.
Oleh karena itu, hingga awal 1970-an, perbatasan negara itu dengan Israel merupakan garis paling tenang dibandingkan dengan negara Liga Arab lainnya.
Periode paling bergejolak dalam hubungan kedua negara terjadi selama 1970-an dan 1980-an saat Perang Saudara Lebanon.
Sejak itu Israel memperlakukan Lebanon sebagai negara musuh.
Sebaliknya Lebanon melarang masuk warga Israel. Setiap orang pemegang paspor dengan stempel, visa, atau segel yang dikeluarkan Israel dilarang masuk ke Lebanon atau akan ditangkap dan ditahan.