Perang Arab-Yaman berkecamuk sejak 2015 setelah kelompok syiah Houthi, yang didukung Iran dan Suriah, mengambil alih pemerintahan sah saat itu dalam kudeta di Sanaa dan memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi mengungsi ke luar negeri.
Mereka lalu menuntut pengakuan internasional untuk melanjutkan kepemimpinan Yaman, namun ditolak.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan tujuh negara lain kemudian memutuskan mengintervensi dan berupaya mengembalikan kekuasaan Pemerintah Yaman karena menilai Iran berada di balik pemberontak Houthi.
Berdasarkan data PBB, hampir 10.000 orang tewas dibunuh dalam konflik di Yama, dua pertiga dari mereka merupakan warga sipil. Selain itu, 55.000 lainnya mengalami luka-luka akibat pertempuran.