JAKARTA, iNews.id -Ternyata ada sejumlah negara yang asetnya disita China karena tidak bisa bayar utang. Negara-negara tersebut disebut masuk dalam rencana “jebakan utang China”.
Sebagai informasi, China merupakan salah satu kreditur tunggal terbesar di dunia. Negeri Tirai Bambu ini pun menerima banyak kritik lantaran praktik pinjamannya ke negara lain yang justru membuat negara-negara tersebut kesusahan membayar utangnya.
Bahkan, tak sedikit negara yang terpaksa menyerahkan sejumlah asetnya kepada China sebagai ganti atas utang yang tidak terbayarkan.
Lantas, negara mana saja yang asetnya disita China karena tak mampu bayar utang? Simak ulasan iNews.id berikut ini.
China disebut sebagai negara pemberi pinjaman terbesar ke Sri Lanka dengan total nilai USD 8 miliar atau sekitar Rp118,4 triliun. Jumlah ini merupakan seperenam dari total utang luar negeri Sri Lanka sebesar USD 45 miliar pada April 2022.
Negara yang tengah mengalami krisis ekonomi dan politik ini banyak meminjam uang dari China untuk membangun sejumlah infrastruktur. Namun, proyek tersebut justru dianggap tidak memberi manfaat.
Pada 2017, Sri Lanka harus melepaskan dua infrastrukturnya berupa bandara dan pelabuhan ke tangan China sebagai akibat tidak mampu membayar uutangnya.
Uganda juga termasuk dalam daftar negara yang asetnya disita China karena tidak bisa bayar utang. Aset yang disita tersebut adalah Bandara Internasional Entebbe.
Diketahui, Uganda memiliki utang kepada negara China sebesar USD200 juta untuk memperluas Bandara Entebbe.
Negara ini dilaporkan tengah berusaha mengubah perjanjian pinjamannya dengan China.
Ini untuk memastikan sejumlah aset tidak hilang karena default (gagal bayar).
Tajikistan, negara terkecil di Asia Tengah ini dikenal cukup bergantung dengan utang China. Misalnya adalah untuk proyek pembangunan gedung parlemen baru, negara ini mendapatkan pinjaman sekitar USD120 juta dari total USD250 juta total estimasi biaya pembangunannya.
Mengutip Sindonews, beban utang ini membuat Tajikistan membayarnya dalam bentuk aset atau barang. Sebagai contoh, pada tahun 2016 perusahaan China TBEA mengerjakan proyek pembangkit listrik 400 megawatt di Dushanbe.
Dalam proyek bernilai USD349 juta itu, pemerintah Tajikistan hanya menyumbang sekitar USD17,4 juta. Sedangkan sisanya dibayarkan oleh TBEA.