"Amerika Latin, dengan total 14 wartawan terbunuh di seluruh benua, menjadi sama mematikannya dengan Timur Tengah," kata dia, seperti dilansir AFP, Selasa (17/12/2019).
Kendati menyebut penurunan jumlah korban jiwa di zona konflik adalah sesuatu yang patut dirayakan, Deloire menuturkan, "Semakin banyak jurnalis yang dibunuh karena pekerjaan mereka di negara-negara demokratis, yang merupakan tantangan nyata bagi demokrasi."
"Sementara lebih sedikit wartawan yang sekarat, lebih banyak yang berakhir di balik jeruji besi," menurut RSF.
Sekitar 389 wartawan ditahan pada 2019, naik 12 persen dari tahun lalu.
Hampir setengahnya dipenjara di tiga negara -China, Mesir, dan Arab Saudi, yang disalahkan atas pembunuhan mengerikan kolumnis The Washington Post, Jamal Khashoggi, di kedutaan besar Saudi di Istanbul tahun lalu.
"China, yang mengintensifkan penindasannya terhadap minoritas (sebagian besar Muslim) Uighur, sendirian menahan sepertiga dari wartawan yang dikurung di dunia," papar RSF.
Sementara itu, 57 jurnalis disandera di seluruh dunia, sebagian besar di Suriah, Yaman, Irak, dan Ukraina.
"Tidak ada pembebasan sandera yang penting tahun ini meskipun ada perkembangan besar di Suriah," menurut RSF, yang khawatir hal terburuk terjadi pada mereka yang diculik.