JAKARTA, iNews.id – Meskipun menjijkkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terdapat 5 negara yang memakan daging tikus sebagai hidangan sehari-hari. Daging tikus di beberapa negara tersebut bahkan dibanderol dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan daging ayam, ikan, bahkan sapi.
Tikus memang sudah dikonsumsi oleh manusia sejak berabad-abad yang lalu atau tepatnya pada masa Dinasti Tang (618-907M). Tradisi mengonsumsi mamalia tersebut bahkan masih dilestarikan hingga sekarang, terutama pada 5 negara yang memakan daging tikus berikut ini.
Meskipun tikus di daerah Rajasthan dididirkan kuil hingga disembah, nyatanya di belahan India lainnya, tikus justru banyak dikonsumsi oleh penduduknya.
Suku Adi yang tinggal di pedesaan terpencil di perbukitan timur laut India merupakan suku yang gemar mengonsumsi daging tikus.
Daging tikus tersebut biasa diolah menjadi sup setelah dipotong-potong menjadi beberapa bagian yang ditambahkan dengan garam, cabe, jahe.
Suku Adi gemar memakan segala jenis tikus termasuk tikus rumahan, sawah, hingga tikus hutan.
Kaki dan buntut tikus adalah bagian terfavorit mereka untuk dimakan dan biasa juga diberikan sebagai hadiah kepada anak-anak mereka yang hendak menikah.
Selain suku Adi, Kasta Dalit yang merupakan kasta terendah di India juga memakan tikus sebagai hidangan sehari-hari.
Orang-orang dari Kasta Dalit biasa mendapatkan tikus dari lahan juragan tanah yang digarap.
Di China, daging tikus merupakan makanan yang kerap dikonsumsi sebagai hidangan sehai-hari.
Beberapa masyarakat China bahkan mengonsumsi bayi tikus hidup-hidup tanpa memasaknya terlebih dahulu.
Bayi tikus yang dipilih adalah yang berwarna merah dengan tekstus kulit lembut sehingga mudah untuk dikunyah.
Mereka akan menambahkan cocolan saus yang terbuat dari kecap asin dan beberapa rempah-rempah untuk memberikan kelezatan pada daging tikus yang dikonsumsi.
Bukan jijik, masyarakat China justru menganggap bayi tikus memiliki berbagai khasiat yang baik bagi kesehatan, diantaranya adalah sebagai penambah stamina.
Bayi tikus bahkan telah digunakan sebagai pengobatan sejak zaman dahulu di negeri tirai bambu.
Di Vietnam Selatan atau tepatnya di Hoi Chi Minh City, daging tikus diproduksi hingga 36.000 ton setiap tahunnya.
Masyarakat Vietnam begitu menggilai hidangan yang terbuat dari daging tikus untuk dikonsumsi sehari-hari.
Mereka biasa mengonsumsi daging tikus dengan cara dipanggang hingga teksturnya lembut.
Masyarakat Vietnam pedesaan bahkan mengolah tikus dengan bir dan wiski beras untuk kemudian dimasak dengan berbagai rempah-rempah.
Jenis tikus favorit mereka adalah tikus sawah dengan berat setengah pound dan bandicoot seberat 2 pound.
Sebagian masyarakat Vietnam mendapatkan tikus dari sawah atau ladang yang dibunuh dengan pukulan keras atau rendaman air panas.
Masih di Asia Tenggara, Kamboja juga merupakan negara dengan penduduk yang mengonsumsi daging tikus.
Daging tikus sudah selayaknya daging ayam yang dikonsumsi sehari-hari bagi masyarakat Kamboja.
Mereka bahkan menganggap daging tikus lebih sehat dibandingkan dengan ayam dan babi.
Sebelum dikonsumsi, masyarakat Kamboja akan memanggang tikus terlebih dahulu dengan lumuran bumbu cabe.
Mereka biasa menyantap daging tikus panggang dengan cocolan saus cabe jeruk nipis, dan lada.