WASHINGTON, iNews.id - Rencana Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan militer ke Venezuela memasuki babak baru setelah muncul informasi Washington akan memasukkan Cartel de los Soles, geng narkoba terbesar di Venezuela, dalam daftar organisasi teroris asing pada Senin (24/11/2025).
Langkah ini memicu spekulasi bahwa penetapan tersebut bisa menjadi dalih resmi bagi serangan militer yang disebut-sebut tinggal menghitung hari.
Laporan dari empat pejabat AS kepada Reuters mengungkapkan serangan itu merupakan kelanjutan dari operasi militer untuk menargetkan kapal-kapal yang dicurigai membawa narkoba di Laut Karibia dan Pasifik. Namun yang membuat situasi semakin panas adalah rencana Washington mengategorikan jaringan narkoba Venezuela itu sebagai “narkoteroris”, label yang selama ini hanya digunakan terhadap kelompok ekstremis seperti Al Qaeda.
Dijerat Status Teroris: Kunci Legitimasi Serangan?
Menurut sumber-sumber di Washington, pemerintahan Presiden Donald Trump menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro menjadi pemimpin kartel narkoba Cartel de los Soles, tuduhan yang selama ini dibantah keras oleh Karakas.
Dengan memberi label teroris, AS otomatis membuka ruang hukum yang lebih besar bagi operasi militer, termasuk menyerang aset dan infrastruktur yang diklaim terkait Maduro.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth bahkan menyamakan kemungkinan operasi itu dengan serangan terhadap Al Qaeda, menandakan skala dan legitimasi internasional yang ingin dibangun Washington.
Trump pernah secara terbuka menyatakan bahwa status teroris memungkinkan AS menghajar jaringan bahkan hingga ke level pemerintahan.
“Presiden siap menggunakan setiap elemen kekuatan Amerika,” kata seorang sumber pejabat senior AS.
Ketegangan Memuncak: Gugus Tempur AS Sudah di Karibia
Tanda-tanda konfrontasi semakin jelas setelah kedatangan gugus tempur kapal induk nuklir USS Gerald R Ford di Laut Karibia.
Sumber pejabat AS menyebut, operasi rahasia bisa menjadi fase pertama tindakan lebih besar terhadap Maduro, termasuk opsi menggulingkan presiden Venezuela itu.
Pentagon menolak mengonfirmasi dan meminta media menanyakan langsung ke Gedung Putih, sementara pihak Gedung Putih tidak menutup kemungkinan serangan.