WASHINGTON, iNews.id - Situasi di langit Venezuela kian tegang setelah Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan peringatan resmi kepada maskapai-maskapai untuk mewaspadai potensi bahaya saat terbang di wilayah udara negara tersebut.
Langkah ini muncul di tengah laporan bahwa militer AS sedang mempertimbangkan serangan militer ke Venezuela dalam beberapa hari mendatang.
FAA pada Jumat (21/11/2025) memperingatkan risiko tinggi bagi penerbangan sipil, menyusul meningkatnya aktivitas militer AS di kawasan Karibia dan dugaan operasi rahasia yang menargetkan kapal-kapal pengangkut narkoba yang diklaim berhubungan dengan pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Tidak lama setelah peringatan tersebut dirilis, tiga maskapai internasional langsung membatalkan penerbangan dari dan menuju Venezuela pada Sabtu, menunjukkan keseriusan ancaman terhadap keselamatan penerbangan sipil.
AS Disebut Siap Meluncurkan Serangan
Empat sumber pejabat AS mengatakan kepada Reuters, Washington sedang menyiapkan fase baru operasi militer di Laut Karibia dan Pasifik. Operasi ini disebut menargetkan kapal-kapal yang dicurigai membawa narkoba, namun dalam laporan terbaru juga menyentuh kemungkinan aksi lebih besar menuju Venezuela.
Belum jelas apakah Presiden Donald Trump sudah mengambil keputusan akhir. Namun keberadaan gugus tempur Kapal Induk USS Gerald R Ford di Karibia memicu spekulasi bahwa opsi serangan sedang dipertimbangkan secara serius.
Dua pejabat AS bahkan menyebut, salah satu skenario termasuk usaha menggulingkan Maduro, yang dianggap Washington berperan dalam jaringan narkoba internasional, tuduhan yang dibantah Presiden Venezuela tersebut.
Gedung Putih Tak Menutup Kemungkinan Aksi Militer
Saat dikonfirmasi, Departemen Pertahanan (Pentagon) meminta agar pertanyaan dialihkan ke Gedung Putih. Seorang pejabat senior Gedung Putih menolak mengesampingkan opsi apa pun.
“Presiden Trump siap menggunakan setiap elemen kekuatan Amerika untuk menghentikan narkoba membanjiri negara kita serta menyeret mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan,” ujar pejabat itu.
Pernyataan tersebut memperkuat spekulasi bahwa Washington tengah berada di ambang operasi militer besar.