“Perhatian pertama kami saat melakukan peninjauan itu adalah untuk memastikan bahwa kami tidak melakukan apa pun yang akan memengaruhi orang-orang Burma yang telah lama menderita, termasuk Rohingya,” ujar Juru Bicara Departemen Luar AS, Ned Price, dikutip Reuters, Rabu (3/2/2021).
Berbeda dengan AS. China malah menyebut gejolak politik di Myanmar bukan sebagai kudeta, melainkan reshuffle (perombakan) kabinet besar-besaran.