WASHINGTON DC, iNews.id – Amerika Serikat menyatakan bahwa pembantaian para demonstran di Lapangan Tiananmen oleh China pada 1989 belum dilupakan publik dunia sampai hari ini. Gedung Putih (Istana Presiden AS) pun mendesak Beijing untuk memberikan pertanggungjawaban atas pertumpahan darah yang terjadi tiga dekade silam itu.
“Pembantaian warga sipil Tiongkok yang tidak bersenjata oleh Partai Komunis China adalah sebuah tragedi yang tidak akan terlupakan,” ungkap Sekretaris Pers Presiden Donald Trump, Kayleigh McEnany, dalam sebuah pernyataan tertulis yang dikutip AFP, Jumat (5/6/2020).
“Amerika Serikat menyerukan China untuk menghormati kenangan orang-orang yang kehilangan nyawa mereka dan memberikan penghitungan penuh dari mereka yang terbunuh, ditahan, atau hilang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa seputar pembantaian Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989,” ujar McEnany.
Penguasa China dari dulu tidak pernah menyampaikan secara perinci jumlah korban jiwa pembantaian di Lapangan Tiananmen. Dalam beberapa catatan yang beredar di seluruh dunia, ada ratusan atau bahkan ribuan orang yang diyakini telah terbunuh dalam peristiwa itu.
Pemerintah China dengan gigih berusaha untuk menekan dan membungkam pihak-pihak yang berusaha mengungkit peristiwa pahit nan berdarah itu. Diskusi terbuka tentang penindasan brutal itu dilarang di daratan Cina. Di Hong Kong, kawasan pusat keuangan global yang kini menjadi sasaran Beijing untuk memperkuat cengkeramannya, acara peringatan massal tentang peristiwa itu juga dilarang.
Setiap tahun, Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan serupa yang menuntut pertanggungjawaban China atas pembantaian di Lapangan Tiananmen. Pada Rabu (3/6/2020) kemarin, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu dengan para penyintas dalam peristiwa itu, termasuk Wang Dan, salah satu pemimpin mahasiswa yang paling menonjol dari protes prodemokrasi kala itu.