WASHINGTON, iNews.id – Pertemuan penting di Gedung Putih antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, serta para pemimpin Eropa dan NATO awal pekan ini menghasilkan jaminan keamanan baru bagi Ukraina. Namun, di balik komitmen itu, muncul kembali pertanyaan besar: bagaimana nasib lamaran Ukraina untuk bergabung dengan NATO?
Sekjen NATO Mark Rutte menegaskan bahwa keanggotaan Ukraina tidak menjadi topik utama dalam pertemuan. Fokus utama pembahasan justru pada jaminan keamanan pascagencatan senjata dengan Rusia. Menurut Rutte, para pemimpin sedang mengkaji formula jaminan yang menyerupai Pasal 5 Piagam NATO, pasal inti yang menyatakan serangan terhadap satu negara anggota sama dengan menyerang seluruh anggota.
“Situasinya adalah AS dan beberapa negara lain menentang keanggotaan Ukraina di NATO. Sikap resmi NATO sejak KTT 2024 tetap sama: ada jalur yang tidak bisa diubah bagi Ukraina untuk bergabung, tetapi waktunya belum ditentukan,” kata Rutte.
Hal ini menunjukkan adanya ambiguitas dalam sikap Barat. Di satu sisi, NATO berulang kali menegaskan pintu tetap terbuka bagi Ukraina. Namun di sisi lain, sejumlah negara besar, termasuk AS, masih menahan diri karena khawatir langkah itu justru memicu eskalasi baru dengan Rusia.