Media satir itu bulan lalu menerbitkan kembali kartun yang menghina Nabi Muhammad untuk menandai dimulainya sidang kasus penyerangan kantor redaksi pada Januari 2015 lalu yang menewaskan 12 orang.
Beberapa waktu lalu, seorang guru sejarah, Samuel paty, dibunuh oleh remaja 18 tahun kelahiran Moskow, karena menunjukkan kartun terbitan Charlie Hebdo tersebut saat membahas kebebasan berekspresi di kelas.
Saat upacara pemakaman Paty, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, negaranya tak akan menyerah terhadap kartun dan ekstrimisme, mengindikasikan pemerintahannya tak akan mengusik soal penerbitan kembali gambar yang menghina Nabi Muhammad, langkah yang mengundang kecaman dari negara muslim serta pemboikotan produk Prancis.