Data-data pribadi yang dibobol itu diduga disebar di grup aplikasi pesan singkat Telegram Malaysia.
"Serangan roket dari Gaza ke Israhell bisa diterima dan reaksi yang normal... Ini merupakan perlawanan bukan terorisme... Kami tak akan pernah diam menentang aktivitas perang Israel," kata mereka.
Pakar keamanan siber May Brooks-Kempler sedang menyelidiki kasus ini. Diperkirakan sekitar 280.000 data mahasiswa yang di-submit dari 2014 hingga 2021 bocor bersama dengan sekitar 100.000 alamat email.
Sebelumnya, kelompok hacker Malaysia yang sama diduga meretas 5.000 CCTV Israel termasuk yang berada di rumah dan gedung pemerintah.