MOGADISHU, iNews.id - Bentrokan antara dua suku di Somalia Tengah pada akhir pekan lalu memakan korban puluhan jiwa. Sedikitnya 55 orang tewas dan 155 lainnya luka-luka.
Reuters melansir, pertempuran antara klan Dir dan Marihan meletus pada Sabtu (8/6/2024) lalu di Kota Abudwaq dan Herale di Wilayah Galmudug. Salah satu tetua suku setempat, Farah Nur, dan seorang penduduk Herale mengatakan, konflik itu dipicu oleh perebutan lahan penggembalaan dan sumber air. Klan Dir dan Marihan pernah bersama-sama memerangi kelompok militan al-Shabaab bertahun-tahun silam.
"Pasukan pemerintah datang terlambat. Sayangnya 55 orang tewas, termasuk kedua klan," kata Nur kepada Reuters, Senin (10/6/2024).
"Sangat mudah untuk menghentikan (perang antarsuku tersebut) namun itu tidak terjadi. Situasi menjadi tidak terkendali dan menyebar seperti api," tuturnya.
Belum ada komentar dari pejabat berwenang ihwal insiden berdarah itu.
Petugas dari sejumlah rumah sakit di Herale, Abudwaq, dan dua kota lain yang berdekatan mengonfirmasi kepada Reuters bahwa mereka telah merawat 115 orang yang terluka dalam perang antarsuku itu. Menurut penuturan warga, para korban yang meninggal langsung dikuburkan.
Pertempuran mereda setelah kedatangan tentara federal Somalia. "Ada gencatan senjata tetapi suasananya masih tidak baik. Diperlukan gencatan senjata permanen," ujar Sadia Hussein, seorang ibu empat anak yang tinggal di Abudwaq.
Pemerintah Federal Somalia menghadapi tantangan berat terkait keamanan dalam negerinya. Mereka tidak hanya harus berjuang untuk membendung kekerasan yang dilancarkan oleh kelompok al-Shabaab yang terkait dengan al-Qaeda, namun juga menghadapi bentrokan berbasis kesukuan atas penguasaan lahan dan sumber air di negara Tanduk Afrika itu.