LONDON, iNews.id – Museum Perbudakan Internasional di Inggris mengadakan pameran tentang perdagangan manusia dalam industri pornografi. Namun, langkah museum itu malah mendapat reaksi keras dan kritik pedas dari kelompok liberal.
Museum yang berada di Kota Liverpool itu mendapat kecaman minggu ini karena bermitra dengan Exodus Cry—sebuah organisasi nirlaba Kristen asal AS yang memiliki misi menghentikan eksploitasi seksual untuk industri pornografi.
Exodus Cry dikecam para aktivis liberal karena dianggap menstigmatisasi para pekerja seks dan korban perdagangan manusia. Salah satu “karya seni” yang hendak ditampilkan dalam pameran itu adalah ilustrasi perempuan telanjang dengan mulut diselotip dan sejumlah komentar kasar terpampang di tubuhnya.
Sebuah cuitan yang ditulis akun Museum Perbudakan Internasional di Twitter pada Rabu (16/12/2020) mengumumkan pameran karya tersebut. Cuitan itu mendapat puluhan tanggapan kritis dari netizen, termasuk dari kalangan aktivis antiperdagangan manusia dan akademisi. Mereka umumnya berpandangan bahwa karya seni itu merusak, provokatif, dan “tidak manusiawi”.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan Kamis (17/12/2020) malam, Direktur Museum Nasional Liverpool, Laura Pye mengatakan, pameran itu akan dibatalkan.
“Kami sama sekali tidak mendukung pandangan yang dilaporkan dari organisasi ini (Exodus Cry) dan meminta maaf atas tekanan yang mungkin ditimbulkan oleh komunitas dan pengunjung kami,” kata Pye, Jumat (18/12/2020), dikutip Reuters.
“(Kami) akan menggunakan waktu ini untuk meninjau dan merenungkan tentang bagaimana kami dapat terus menyoroti keadaan perbudakan modern dan pekerjaan antiperdagangan manusia yang mengerikan,” ucapnya.