Sementara, Exodus Cry menyatakan pada awal pekan ini bahwa mereka merasa terhormat bisa menjalin kemitraan dengan Museum Perbudakan Internasional—yang dibuka pada 2007 dan berfokus pada perdagangan budak transatlantik.
Kepala eksekutif organisasi tersebut, Benjamin Nolot mengatakan, kritik terhadap pameran itu tidak menguntungkan dan tidak adil. Menurut dia, kritik publik (termasuk dari para aktivis antiperdagangan orang) seharusnya diarahkan kepada situs-situs porno yang mengambil keuntungan dari video pencabulan anak.
Nolot enggan mengomentari pengumuman tentang pembatalan pameran tersebut oleh pihak Museum Nasional Liverpool.
Exodus Cry menjadi berita utama bulan ini setelah tulisan kolom mereka dimuat New York Times. Dalam kolom tersebut, mereka mengungkapkan bahwa Pornhub—salah satu situs porno terbesar di dunia—memasukkan berbagai video pelecehan anak. Akibat tulisan itu, layanan keuangan Mastercard dan Visa menghentikan pembayaran untuk situs tersebut.