Menariknya, sikap Suriah dalam menahan diri justru mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang disebut Sharaa sepakat dengan pendekatan diplomasi dan rekonstruksi terlebih dulu.
Kunjungan Al Sharaa ke AS menjadi peristiwa bersejarah, karena ini kali pertama seorang pemimpin Suriah mengunjungi Washington sejak kemerdekaan negara itu hampir 80 tahun lalu. Selain bertemu Presiden Trump, dia juga melakukan pertemuan dengan kalangan bisnis Amerika untuk membahas investasi dalam proyek rekonstruksi Suriah.
Dengan sikap moderat dan pendekatan diplomasi yang dia tempuh, Sharaa kini berupaya mengembalikan posisi Suriah sebagai negara yang berdaulat dan stabil di kawasan Timur Tengah, tanpa harus terjebak dalam spiral perang baru dengan Israel.