Serangan terjadi dua kali dalam selang beberapa menit. Setelah bom pertama dijatuhkan, paralayang milik militer kembali berputar dan melepaskan dua bom tambahan ke arah kerumunan warga yang panik berlarian menyelamatkan diri.
Aksi brutal ini kembali menegaskan bahwa militer Myanmar tak segan menyerang acara sipil dan keagamaan untuk menekan kelompok oposisi yang menolak kekuasaan junta. Sejak kudeta militer pada 2021, ribuan warga sipil telah tewas dalam serangan udara, penembakan, dan penangkapan massal yang dilakukan pasukan junta di berbagai wilayah.
Masyarakat internasional mengecam keras tindakan tersebut dan menyerukan agar PBB serta ASEAN segera mengambil langkah tegas menghentikan kekerasan terhadap warga sipil di Myanmar. Namun hingga kini, junta tetap tak tersentuh dan terus melancarkan serangan terhadap warganya sendiri.