JAKARTA, iNews.id - Sebagai negara yang kerap diguncang gempa bumi, Pemerintah Jepang sudah mempersiapkan langkah antisipasi untuk menekan potensi jatuhnya korban.
Gempa bumi memang tak bisa diprediksi kapan waktunya, tapi dampak buruknya bisa diminimalisasi dengan memanfaatkan teknologi.
Hal itu yang dialami Diera Nathania, seorang mahasiswi Indonesia yang bermukim di Obihiro, Hokkaido. Saat gempa 6,7 SR mengguncang pada Kamis (6/9/2018) di pulau paling utara Jepang itu, alarm telepon genggamnya bahkan sudah berbunyi sebelum guncangan terjadi.
Alarm itu tentu sangat membantu, setidaknya bagi warga yang tinggal jauh dari titik pusat gempa. Mereka punya waktu untuk menyelamatkan diri ke luar rumah, meski hanya beberapa detik saja.
Menurut mahasiswi fakultas pertanian yang sudah tinggal 3,5 tahun di Hokkaido itu, kekuatan gempa sudah melemah yakni 3 sampai 4 SR begitu sampai ke daerahnya. Pusat gempa berada di Tomakomai, berjarak sekitar dua jam dari Obihiro. Meskipun melemah, namun guncangannya dirasakan sangat kuat di Obihiro. Bahkan yang terkuat selama 3,5 tahun dia tinggal di Hokkaido.