"Pekerjaan anti-terorisme dan perjuangan de-ekstremisasi di Xinjiang selalu dilakukan sesuai dengan aturan hukum," tambahnya.
Tulisan itu langsung dikutuk oleh kelompok hak asasi Uighur, yang menyebutnya sebagai alasan politik untuk menekan kaum mereka.
"Tujuan mengeluarkan apa yang disebut kertas putih adalah cara mendapatkan dukungan lokal untuk kebijakan ekstremnya dan untuk menutupi pelanggaran hak asasi manusia," kata juru bicara Kongres Uyghur Dunia di pengasingan, Dilxat Raxit, dalam sebuah pernyataan.
Xinjiang, yang berbagi perbatasan dengan beberapa negara termasuk Pakistan dan Afghanistan, sejak lama mengalami kerusuhan dan kekerasan, yang menurut China diatur oleh gerakan teroris terorganisir yang mencari kemerdekaan di wilayah itu.
China sebelumnya membantah keberadaan kamp-kamp internir, namun dalam beberapa bulan terakhir, negara itu mulai menyebut kamp-kamp tersebut sebagai pusat pendidikan kejuruan yang mirip dengan sekolah asrama, dengan para siswa mendaftar secara sukarela.