Sebelumnya Dewan Keamanan PBB, dengan suara mayoritas menyetujui pencabutan sanksi terhadap Al Sharaa. Sebanyak 14 anggota mendukung, tidak ada yang menentang, sementara China memilih abstain.
Trump sendiri memuji Al Sharaa sebagai sosok “tangguh dan cerdas” yang mampu memimpin Suriah keluar dari keterpurukan pascaperang.
“Dia pemimpin yang sangat keras, tapi saya menyukainya. Kami bisa bekerja sama untuk menjadikan Suriah sukses,” kata Trump.
Pertemuan ini juga menjadi kunjungan pertama seorang presiden Suriah ke Gedung Putih sejak negara itu merdeka pada 1940-an. Sebuah momen simbolik yang menandai kembalinya Suriah ke panggung diplomasi dunia setelah bertahun-tahun terisolasi.
Transformasi Al Sharaa dari figur yang pernah dikaitkan dengan jaringan ekstremis menjadi tamu kehormatan di jantung kekuasaan Washington menunjukkan perubahan besar dalam arah politik Damaskus.
Namun, bagi sebagian pengamat, perjalanan ini juga menimbulkan pertanyaan baru: apakah Suriah benar-benar telah berubah, atau hanya sedang memainkan strategi realpolitik untuk bertahan di peta kekuatan global?