WASHINGTON, iNews.id - Tak ada yang menyangka perjalanan politik Presiden Suriah Ahmad Al Sharaa bisa sampai di Gedung Putih. Sosok yang dulu sempat dikaitkan dengan jaringan teror Al Qaeda, bahkan kepalanya dihargai Rp166 miliar itu, disambut hangat oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai mitra strategis baru di Timur Tengah.
Dalam wawancara dengan Fox News, Al Sharaa menepis isu masa lalunya dan menegaskan bahwa keterlibatannya dengan Al Qaeda adalah urusan lampau yang tak lagi relevan.
“Saya kira ini masalah masa lalu. Kami tidak membahasnya secara aktif. Kami berbicara tentang presiden dan masa depan,” ujarnya, dikutip Rabu (12/11/2025).
Pernyataan itu menandai upaya besar Al Sharaa memutus citra lama Suriah yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai negara sponsor terorisme. Kini, dia ingin mengubah arah negaranya menuju kemitraan internasional yang lebih konstruktif.
“Suriah tidak lagi dipandang sebagai ancaman keamanan di kawasan, melainkan sebagai sekutu geopolitik,” ujarnya, menegaskan.
Pertemuan bersejarah antara Al Sharaa dan Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11/2025) berlangsung selama 1 jam 40 menit. Dalam pertemuan itu, keduanya membahas peluang investasi AS di Suriah dan kerja sama untuk memulihkan stabilitas Timur Tengah.
Sebagai tindak lanjut, Departemen Keuangan AS mencabut sanksi berat terhadap Damaskus, termasuk Undang-Undang Caesar, yang selama ini mengekang ekonomi Suriah. Namun, pengecualian tetap diberlakukan untuk transaksi yang melibatkan Rusia atau Iran.