Tapi yang jelas, kata dia, proses pembayaran masih berlangsung sampai saat ini.
Lepas dari persoalan korupsi, Alwaleed mengatakan, perusahaannya kini dalam tahap pembicaraan dengan pemerintah untuk membiayai beberapa proyek dalam negeri. Tak disebutkan proyek apa saja yang digarapnya.
Pihaknya juga menjajaki untuk memecah aset Kingdom Holding senilai USD13 miliar atau Rp176 triliun (kurs USD1 = Rp13.547) menjadi beberapa perusahaan.
Alwaleed menguasai 95 persen saham di Kingdom Holding. Saat dia ditangkap, banyak yang berspekulasi dia akan melepas perusahaan itu ke pemerintah, namun ternyata tidak. Beberapa hari sebelum dibebaskan, Alwaleed menegaskan dia tetap mengontrol penuh Kingdom Holding.
Penahanan Alwaleed dan pangeran lain menyebabkan tak seorang pun taipan Saudi yang masuk dalam daftar orang terkaya di dunia tahun 2018 versi Forbes. Pasalnya, tak ada rujukan yang valid sampai awal tahun mengenai apa-apa saja aset perusahaan yang berpindah tangan karena disita atau dijual.
Padahal berdasarkan data 2017, Forbes memasukkan 10 taipan Saudi dalam daftar orang terkaya. Dari 10 daftar itu, pengusaha dengan nilai kekayaan terendah adalah Mohammed Serafi dengan harta USD1,1 miliar, sedangkan posisi nomor 1 adalah Alwaleed dengan kekayaan USD18,7 miliar.
Memang, tak semua dari 10 pangeran itu ditahan pemerintah, namun gelombang kasus penangkapan para pelaku korupsi yang berdampak ke berbagai sektor ini diyakini mengubah peta kekayaan serta aset-aset mereka, termasuk yang berada di luar negeri.