ANKARA, iNews.id - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut negara-negara Eropa sedang dilanda kepanikan karena harus menerima pengungsi dari Ukraina. Turki termasuk negara Eropa yang menerima pengungsi Ukraina, namun negara itu lebih siap karena sudah terbiasa menerima pengungsi dalam jumlah besar.
Dalam pidato kepada para pendukungnya di Kota Kizilcahamam, Minggu kemarin, Erdogan mengatakan Turki menerima banyak pengungsi dari Suriah sejak 11 tahun terakhir menyusul perang saudara di negara tetangganya itu.
"(Turki) Telah berhasil mengelola (masalah) migrasi yang tidak teratur berasal dari Suriah selama 11 tahun. Kami melihat kepanikan di Eropa sebagai akibat dari krisis Ukraina-Rusia," ujarnya, dikutip dari RT, Senin (6/6/2022).
Erdogan berharap dunia bisa segera keluar dari masa-masa kritis dampak perang Rusia-Ukraina sesegera mungkin.
Laporan asisten Sekjen PBB Amin Awad mengungkap, sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022, hampir 14 juta warga Ukraina mengungsi. Sebanyak 6 juta di antaranya melarikan diri ke negara-negara tetangga. Negara-negara anggota Uni Eropa seperti Polandia, Rumania, dan Hongaria menjadi negara tujuan utama pengungsi, di samping negara lain.
Pada kesempatan itu Erdogan kembali menegaskan ketidaksetujuan atas bergabungnya Finlandia dan Swedia bergabung NATO. Menurut dia, Turki akan terus menentang kedua negara itu untuk bergabung sampai permintaannya dipenuhi. Finlandia dan Swedia bisa bergabung NATO jika semua anggotanya menyetujui.
Erdogan tak setuju Finlandia dan Swedia bergabung karena kedua negara itu dianggap mendukung kelompok teroris PKK yang sedang diperangi Turki.