Pelecehan seksual yang dialaminya itu kemudian membuatnya hamil. Setelah mengetahui kehamilan Jennifer Kim, penasihat tersebut memerintahkannya untuk pergi ke klinik medis militer. Ia pun dipaksa menggugurkan kandungannya tanpa dibius.
“Seorang ahli bedah militer sudah menunggu saya. Dia melakukan aborsi tanpa anestesi. Itu masih menghantui saya sampai hari ini,” beberna.
Pengalaman menyakitkan tersebut masih terus menghantui Jennifer hingga kini. Ia juga mengaku jika dirinya masih trauma dan tidak ingin menikah apalagi memiliki anak.
Pengalaman lain yang diungkapkan oleh Jennifer adalah penderitaan yang dialami oleh para tentara wanita Korea Utara saat menstruasi.
Ia mengungkapkan, dalam beberapa tahun dinas militernya, dia hanya menggunakan empat pembalut.
Sebagai gantinya dia dan rekan-rekannya diberi kain kasa yang biasanya digunakan untuk membalut luka, yang harus dicuci dan digunakan kembali.
Namun, ketika tidak tersedia, maka mereka terpaksa menggunakan footwraps, kain yang dikenakan tentara di sepatu bot mereka, bukan kaus kaki.
Hal ini membuat mereka sangat tersiksa karena kainnya tebal dan kaku.
“Setiap kali saya melangkah, rasa sakitnya begitu pahit sehingga saya menangis,” ujar Jennifer.