"Para penipu itu tampak melakukan pekerjaan dengan sangat teliti, memeriksa latar belakang identitas fiktif mereka, mempelajari banyak hal tentang individu yang mereka catut, sampai soal pekerjaan yang dilakukan oleh para korban," kata Hemmen, dikutip dari The New York Times, Selasa (16/7/2019).
FBI tidak menyebut berapa banyak orang yang telah menjadi korban. Namun perusahaan investigasi K2 yang juga mengikuti perkembangan kasus ini mengaku telah berbicara kepada sekitar 100 korban. Beberapa di antara mereka mengalami kerugian setidaknya 3.000 dolar AS yang biasanya digunakan sebagai tiket pesawat dan biaya transportasi selama di Indonesia.
Ada pula yang mengalami kerugian 150.000 dolar AS yakni mereka yang melakukan beberapa kali perjalanan ke Indonesia. Namun jika dirata-rata, para korban kehilangan 15.000 hingga 20.000 dolar.