Kapal-kapal China yang lebih besar serta dilengkapi peralatan modern terlihat melakukan penangkapan ikan secara ilegal, situasi ini menyebabkan para nelayan Korea Utara yang kondisi kapal-kapalnya terbilang buruk terpaksa menempuh jarak lebih jauh sampai memasuki perairan Jepang dan Rusia untuk memperoleh tangkapan ikan lebih banyak.
Sedangkan kapal maupun perahu yang terdampar di pantai utara Jepang diyakini karena nelayan Korut kehilangan orientasi kembali ke daratan kemudian meninggal dunia di laut. Seterusnya kapal dan perahu mereka terbawa arus hingga ke pesisir pantai mengikuti arus laut.
Menangkap ikan di perairan Korea Utara serta melakukan jual-beli ikan dengan Korea Utara merupakan pelanggaran hukum internasional. PBB menjatuhkan sanksi perdagangan ikan pada Korea Utara sejak tahun 2017 sebagai bagian dari upaya menghukum rezim Kim Jong-un terkait uji coba rudal balistik. Sementara nilai perdagangan ikan Korea Utara ditaksir mencapai 300 juta dolar AS per tahun.
Namun, peraturan tersebut nampaknya tidak menghalangi kapal-kapal China yang rajin menangkap ikan di perairan Korea Utara sejak 2017. Menurut laporan Pemantau Penangkapan Ikan Internasional, kapal-kapal China bisa menangkap lebih dari 160.000 metrik ton cumi terbang pasifik, salah satu makanan laut paling berharga di kawasan itu. Tangkapan mereka diperkirakan mencapai lebih dari 440 juta dolar AS.
Peneliti senior Global Fishing Watch, Jaeyoon Park, mengatakan jumlah kapal China yang terlihat dalam penelitian lembaganya hanya sepertiga dari keseluruhan armada kapal penangkap ikan Negeri Tirai Bambu.