Film itu juga akan diputar sebagai side event penyelenggaraan 43rd FIMA 2025. Momentum pembuatan film sangat tepat karena menjelang peringatan 20 tahun tsunami Aceh.
Tudiono juga mengatakan, pemutaran film sebagai side event FIMA ke-43 akan menjadi kesempatan penting untuk menyosialisasikan film tsunami Aceh ke pentas dunia. Hal ini diharapkan dapat mendukung kerja sama internasional dan pariwisata Aceh.
Tak heran, pembuatan film tersebut mendapat dukungan sangat luas, termasuk dari Pemerintah Provinsi Aceh, pimpinan Wali Naggroe Aceh, insan perfilman Aceh, dan Unsyiah.
Dalam pertemuan terpisah, Safrizal dan Iflan menyampaikan pengalaman pribadi sebagai orang yang terdampak dan terlibat langsung dalam penanggulangan bencana tsunami. Mereka menceritakan pengalaman saat melaksanakan humanitarian relief, menemukan banyak bayi dalam koper yang mengambang.
Ini mengindikasikan betapa para orang tua di ambang kematian saat tsunami berupaya menyelamatkan anak-anak mereka atau paling tidak jasad anak-anak mereka ditemukan dalam kondisi baik.