SEOUL, iNews.id - Korea Utara (Korut) merespons keputusan tetangganya, Korea Selatan (Korsel), yang keluar dari kesepakatan militer kedua negara, Perjanjian Militer Komprehensif (CMA), yang diteken pada 2018. Korut menyebut Korsel harus bertanggung jawab penuh jika terjadi perang yang tidak bisa diakhiri lagi.
Korsel membuat keputusan itu setelah Korut meluncurkan satelit mata-mata pada Selasa malam lalu.
Merespons keputusan tersebut, Korut akan menambah kekuatan militernya di perbatasan dengan Korsel, baik personel maupun persenjataan. Bahkan Korut akan mengerahkan senjata-senjata terbarunya.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korut menyatakan, pihaknya akan menempatkan kekuatan penuh kembali di perbatasan dengan Korsel seperti saat sebelum perjanjian diteken. Perjanjian itu ditandatangani semasa pemerintahan Presiden Korsel Moon Jae In untuk meredakan ketegangan di perbatasan.
Korut dan Korsel secara teknis masih berstatus perang karena kedua negara belum meneken perjanjian damai permanen sejak Perang Korea 1950-1953. Keduanya sebatas menyepakati gencatan senjata tanpa batas waktu.