TEHERAN, iNews.id - Perang Iran melawan Israel bisa pecah kembali kapan saja tanpa diduga-duga sebelumnya. Kedua negara terlibat perang selama 13 hari pada Juni, dimulai oleh serangan Israel pada 12 Juni dengan dalih menghancurkan kekuatan nuklir Iran.
Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Aref memperingatkan, perang pada Juni lalu hanya berhenti sementara melalui perundingan yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan Qatar.
“Kita harus siap setiap saat untuk konfrontasi. Saat ini, kita bahkan belum berada dalam (kesepakatan) gencatan senjata. Kita hanya menyepakati penghentian permusuhan,” kata Aref, seperti dikutip dari AFP, Rabu (20/8/2025).
Yahya Rahim Safavi, penasihat militer Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, sebelumnya mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk.
"Kita saar ini tidak sedang berada dalam gencatan senjata. Kita berada dalam fase perang, ini bisa bubar kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika," kata Safavi.
Sejak itu, para pejabat Iran menegaskan, militernya tak akan memulai perang, tapi akan membalas jika diserang.
Serangan Israel ke Iran menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior angkatan bersenjata, Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), serta ilmuwan nuklir.
Di tengah pertempuran itu atau pada 22 Juni, Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan ikut terlibat membantu Israel dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Iran membalas dengan serangan rudal dan pesawat tak berawak yang menewaskan puluhan orang Israel, termasuk pangkalan militer AS di Qatar.