GAZA, iNews.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menyatakan Gaza dalam kondisi kelaparan akut. Laporan terbaru PBB menegaskan, krisis pangan di wilayah yang diblokade Israel itu bukan sekadar angka statistik, melainkan bencana kemanusiaan nyata yang laporannya harus dibaca dengan “sedih dan amarah”.
Tom Fletcher, koordinator bantuan darurat PBB, menyerukan kepada dunia internasional agar membaca laporan IPC dengan penuh empati.
“Bacalah dengan sedih dan amarah, bukan sebagai kata-kata dan angka, melainkan nama dan nyawa. Ini adalah kesaksian tak terbantahkan. Kelaparan di Gaza nyata adanya, dan sebenarnya bisa dicegah. Namun makanan menumpuk di perbatasan karena blokade sistematis oleh Israel,” kata Fletcher, dikutip dari CNN, Sabtu (23/7/2025).
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahkan mengakui bahwa kelaparan di Gaza “sangat nyata”. Namun, hal ini bertolak belakang dengan klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang kelaparan di Gaza.
Laporan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang dirilis Jumat (22/7/2025) mengungkap, kelaparan sudah terkonfirmasi di beberapa wilayah Jalur Gaza, termasuk Kota Gaza yang kini menjadi pusat serangan besar-besaran Israel. Situasi diperkirakan akan semakin buruk bila perang tidak segera dihentikan.
Selama hampir 2 tahun perang serta blokade penuh oleh Israel sejak Maret lalu, sekitar 2,2 juta penduduk Gaza hidup dalam kondisi kekurangan makanan akut. Ratusan orang meninggal karena kelaparan dan sakit, sementara hampir 2.000 warga ditembak mati saat antre bantuan pangan.