PORT MORESBY, iNews.id - Gempa bumi 7,5 Skala Richter yang mengguncang Papua Nugini pada 26 Februari 2018 hingga kini menewaskan setidaknya 67 orang. Jumlah korban sempat siang siur karena lokasi terdempak gempa berada di daerah yang tersiolasi.
Selain itu sarana komunikasi juga terputus.
Pihak Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Papua Nugini menyebut, belasan ribu bangunan rusak berat dan tak layak dihuni lagi akibat gempa.
“Jumlah korban tewas yang dilaporkan Pusat Bencana Nasional dan tim manajemen bencana sampai Jumat sebanyak 67,” kata Ketua Palang Merah dan Bulan Sabil Merah Internasional, Udaya Regmi, dikutip dari AFP, Senin (5/3/2017).
Dia menambahkan, 143.000 orang terimbas dampak gempa, di mana 17.000 di antaranya kehilangan tempat tinggal akibat hancur.
Menurut Regmi, saat ini para korban gempa membutuhkan air bersih dan kebutuhan akan sanitasi. Masalahnya, truk-truk bantuan sulit menjangkau perkampungan akibat amblesnya jalan dan tertimbun tanah longsor.
Sejauh ini bantuan sudah mengalir dari banyak pihak. Selain pemerintah, bantuan senilai jutaan dolar juga datang dari ExxonMobil dan perusahaan energi Australia Oil Search and Santos.
Selain itu, Australia dan Selandia Baru juga mengirim pasukan untuk membantu mengirimkan bantuan. Sementara China sudah menjanjikan bantuan keuangan.
Gempa juga memaksa perusahaan gas ExxonMobil dan Oil Search and Santos menghentikan aktivitas ekspolrasi dan pengiriman.
Perdana Menteri Papua Nugini Peter O’Neill mengatakan, penghentian eksplorasi gas berdampak besar bagi perekonomian negara yang sangat bergantung dari sumber daya alam.
Namun Managing Director ExxonMobil Papua Nugini Andrew Barry mengatakan, pihaknya akan segera memulai produksi eksplorasi gas senilai USD19 miliar begitu kerusakan diperbaiki.