Hal ini memicu Pentagon memburu cara untuk meningkatkan kemampuannya melacak rudal hipersonik, terutama dengan menggunakan sensor yang ada yang ditempatkan di ruang angkasa.
"Teknologi baru ini menghasilkan ancaman baru, dan ancaman ini lebih sulit dilihat, lebih sulit dilacak, dan lebih sulit dikalahkan," kata Penjabat Sekretaris Pertahanan Patrick Shanahan.
"Kepada lawan kami, kami melihat apa yang Anda lakukan dan kami mengambil tindakan."
Sebelumnya, pada bulan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin membual soal rudal hipersonik baru yang dapat terbang sekitar 20.500 mil (33.000 kilometer) per jam dan tidak dapat dihentikan.
Sementara Trump mengecam Iran karena mengembangkan teknologi rudal, dia tidak menyebut Rusia atau Korea Utara (Korut).
Korut sendiri sudah mengembangkan persenjataan rudal balistik yang kini mampu menghantam AS.