KUALA LUMPUR, iNews.id - Anwar Ibrahim mengangkat putrinya, Nurul Izzah, sebagai penasihat senior ekonomi dan keuangan perdana menteri (PM). Pemberian jabatan itu menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat terkait praktik nepotisme. Padahal Anwar menegaskan Nurul tak akan mendapat tunjangan apa pun dari pemerintah untuk jabatan itu.
"Saya tidak memberikan tunjangan apa pun, baik dari Kantor Perdana Menteri maupun dari Kementerian Keuangan," kata Anwar, pada Minggu (29/1/2023).
Beberapa politisi oposisi mengkritik keras keputusan Anwar yang menunjuk putrinya. Mantan PM Muhyiddin Yassin menyebut jabatan itu tak layak. Bahkan dia menyarankan Anwar mundur sebagai menteri keuangan (menkeu). Seperti diketahui, Anwar rangkap jabatan, selain PM juga menkeu Malaysia.
Soal latar belakang Nurul yakni lulusan teknik elektro dan tidak ada kaitan dengan keuangan, Anwar pun membela. Dia juga menjabat menkeu selama 8 tahun padahal latar belakang pendidikannya tak terkait.
Anwar juga menjawab kritikan oposisi Perikatan Nasional. Menurut dia, saat Perikatan Nasional menguasai pemerintahan di bawah Muhyiddin, orang-orang yang menduduki jabatan menkeu bukan orang dengan latar belakang yang sesuai.
“Pemimpin (koalisi) Perikatan Nasional juga tidak memiliki gelar di bidang keuangan ketika di pemerintahan. Tapi kepada kita (Pakatan Harapan), mereka mengungkit-ungkit isu seperti itu. Jadi ketika mereka mengangkat isu-isu seperti itu, harus konsisten menteri kesehatan itu harus dokter, menteri pengairan sarjana teknik, tapi itu tidak terjadi," kata Anwar.
“Nurul, S1-nya di bidang teknik, tapi S2 dari kampus ternama Amerika Serikat, John Hopkins University, bidang kebijakan publik,” ujarnya, menjelaskan.
Sementara itu Transparansi Internasional Malaysia (TI-M) menyebut penunjukan Nurul sebagai penasihat senior ekonomi dan keuangan untuk PM bisa memengaruhi posisi Malaysia dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI).